Analisis Usaha Pembesaran Tiram Mutiara (Pinctada maxima)
1 September 2012Salah satu potensi besar yang ada di perairan Indonesia yang mempunyai prospek cerah untuk dibudidayakan adalah tiram mutiara (Pinctada maxima). Tiram mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa mendatang Tiram mutiara jenis Pinctada maxima adalah penghasil mutiara yang dikenal dengan jenis Mutiara Laut Selatan (South Sea Pearls) merupakan jenis mutiara yang terkenal dan terbaik kualitasnya di Dunia untuk dijadikan berbagai macam perhiasan mutiara, dan jenis mutiara ini hanya terdapat di Perairan Indonesia. Harga untuk mutiara jenis South Sea Pearlyaitu berkisar Rp.300.000,- s/d Rp.1.000.000,- per gramnya untuk kualitas terbaik.
Saat ini di Indonesia untuk memproduksi butiran mutiara sebagian besar menggunakan kerang/tiram yang berasal dari hasil budidaya, karena kerang alam sulit ditemukan (Martono, 2010). Saat ini kondisi habitat kerang sudah sangat kritis, seperti overfishing, ekspolitasi terus menerus dan perubahan kondisi habitat, itu menyebabkan stok kerang mutiara di alam menjadi sedikit dan sulit untuk ditemukan. Hal tersebut tidak menguntungkan karena tidak dapat menjamin kontinuitas produksi.
Kelangkaan tiram mutiara dan permintaan pasar mutiara yang terus meningkat telah mendorong perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam usaha budidaya tiram mutiara membutuhkan suplay tiram dalam jumlah besar untuk calon operasi (suntik), permintaan pasar pada umumnya berkisar pada ukuran tiram di atas 6 cm, dimana harganya mencapai Rp,2.000,-/cm. Di Pulau Lombok sendiri sebanyak 5 Perusahaan besar budidaya tiram mutiara sudah siap membeli tiram mutiara ukuran 6-8 cm. Dalam 1 tahun Perusahaan-perusahaan tersebut mempunyai target operasi tiram mutiara sebanyak ratusan ribu ekor tiram.
Menghadapi situasi yang demikian sangatlah bijaksana apabila dilakukan yang mengarah pada kegiatan menghasilkan tiram mutiara ukuran 6-7 cm. Dan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas potensi lahan budidaya yang belum termanfaatkan, serta untuk mengurangi kemiskinan masyarakat sekitar, maka kegiatan budidaya pendederan tiram mutiara ini dapat dikembangkan. Di samping itu, di Pulau Lombok terdapat banyak Perusahaan besar yang bergerak di bidang budidaya tiram mutiara sehingga dalam pemasaran hasil produksi akan berjalan dengan lancar dan berkelanjutan. Dengan cara demikian kesinambungan produksi mutiara yang menjadi ikon Pariwisata NTB dan komoditas unggulan Perikanan dan Kelautan akan tetap terjamin dan lestari.
2. TUJUAN
2.1. Tujuan :
- Pengembangan budidaya tiram mutiara dalam rangka meningkatkan produksi mutiara yang dampaknya ikon pariwisata NTB dari komoditas sektor Perikanan dan Kelautan yaitu mutiara dapat terjaga keberadaannya dan tetap lestari
- Pengembangan budidaya tiram mutiara dalam rangka mensejahterakan dan membuka lapangan kerja serta meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat
- Mengembangkan potensi dan produktivitas lahan dari sektor Kelautan dan Perikanan
2.2. Input :
- Anggaran biaya untuk penyediaan input produksi
- Bantuan untuk pengadaan sarana dan prasaran produksi
2.3. Output :
- Termanfaatkan potensi lahan budidaya perikanan dalam rangka pengembangan kawasan berpotensi yang melibatkan dan mengutamakan peran aktif masyarakat dengan fasilitasi peran Pemerintah
2.4. Outcome :
- Mengembangkan potensi budidaya tiram mutiara (Pinctada maxima)
- Meningkatkan produksi tiram mutiara
- Mengembangkan produktivitas lahan budidaya yang masih luas belum dimanfaatkan
- Pemberdayaan masyarakat kelautan dan perikanan dalam rangka pengentasan kemiskinan (pro poor), menyerap tenaga kerja (pro job), dan membuka kesempatan pertumbuhan ekonomi masyarakat (pro growth).
3. SARANA YANG DIGUNAKAN
3.1 Longline (Jalur)
Metoda long line adalah salah satu metoda yang umumnya sering digunakan pada pembesaran tiram mutiara, dengan menggunakan tali panjang yang dibentangkan. Kedalaman laut idealnya bagi metoda ini berkisar 20 – 60 meter. Metoda budidaya ini banyak diminati masyarakat karena alat dan bahan yang digunakan lebih tahan lama, lebih murah dan bahan mudah diperoleh. Tali bentang yang digunakan berdiameter 8 mm dengan panjang 50-100 m. Tiap-tiap ujung tali diberi pemberat/jangkar dan pelampung besar berbentuk bola. Jangkar dapat dibuat dari karung plastik ukuran 50 kg yang diisi pasir laut atau dari jangkar besi tancap. Tali jangkar adalah berupa Polyethylene (PE) berdiameter 10 mm. Setiap jarak 25 m diberi pelampung bola, pelampung berfungsi mempertahankan elastisitas dan posisi tali jalur longline.
Pemasangan tali utama longline harus mempertimbangkan arah arus, posisi tali terhadap arus arus sejajar atau sedikit menyudut dan tidak melawan arus, agar dampak dari arus yang datang itu terdistribusi secara merata. Adapun manfaat dari hembusan arus terhadap siput yang dipelihara adalah untuk suplay pakan hidup seperti plankton tersebar merata dan arus juga mempunyai manfaat untuk melepaskan tritip/kotoran yang menempel dengan goncangan alami arusnya.
Spat tiram mutiara yang sudah dimasukan ke dalam pocket digantungkan di tali utama longline dengan cara diikat. Pocket digantung di tali longline dengan jarak per titik masing-masing 2-3 m. Untuk gambar longline bisa dilihat di lampiran Gambar 1
3.2 Pocket (Kerangjang Pemeliharaan)
Pemeliharaan siput dapat dilakukan pada keranjang-keranjang jaring (pocket), dengan cara digantung pada tali bentang longline. Bahan rangka yang digunakan untuk pocket biasanya terbuat dari kawat galvanizer, atau yang lebih baik lagi jika dilapisi plastik atau aspal, sehingga daya tahannya dapat mencapai 2 – 2,5 tahun, pocket juga dilengkapi dengan jaring dengan lebar mata jaring 0,5 cm – 1 cm. Lebar mata jaring yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan ukuran spat, semakin besar ukuran spat maka semakin besar pula ukuran mata jaring, sehingga spat yang dipelihara tidak lolos keluar dan sirkulasi air dapat terjaga dengan baik. Ukuran keranjang jaring (pocket) biasanya 0,5 x 1 m dengan ukuran mata jaring 0,5 cm – 1 cm dapat diisi siput ukuran 3-6 cm (DVM) sebanyak 56 ekor.
Gambar 1. Kerangjang jaring (pocket)
3.3 Spat Kolektor
Spat kolektor adalah bahan yang digunakan untuk tempat menempel spat, yang terbuat dari bahan serabut tali PE (PolyEthylene), asbes gelombang, atau bilah pipa peralon. Jika bahan kolektor dari bahan serabut tali atau bahan lain yang berbentuk serabut, maka harus digunakan tempat dari kerangka besi/kawat ukuran 40-50 cm. Penggunaan bilah pipa peralon dapat dibuat dengan cara : pipa peralon dengan panjang 30 – 50 cm dan diameter 2-3 inci dibelah menjadu dua, selanjutnya bilah-bilah pipa diikat dengan tali sepanjang 40-50 cm. Pada umumnya pemeliharaan spat memakai kolektor dari bahan PE (PolyEthylene) ukuran 30 x 40 cm dengan kepadatan rata-rata spat 300 ekor per kolektor.
Gambar 2. Spat Kolektor Dari Bahan PE (PolyEthylene) ukuran 30 x 40 cm
3.4 Cover net
Cover net yang digunakan adalah dari bahan PE (PolyEthylene) yang berbentuk seperti waring dengan mata jaring 0,5 mm. Cover net dipasang dibagian terluar pocket dengan posisi membungkus seluruh bagian pocket. Cover net dipasang untuk mencegah spat tiram mutiara lepas dari media pemeliharaan.
Gambar 3. Pocket yang telah dipasang Cover Net
3.5 Bendera
Bendera yang akan digunakan yang terbuat dari bahan waring dengan mata jaring 4 mm, dibingkai dengan bambu dan dilengkapi dengan pemberat, ukuran bendera 0,5 m x 1 m, dengan dipasang secara vertikal.
Gambar 4. Bendera Yang Akan Digunakan
3.6 Pelampung
Pelampung berfungsi untuk mengapungkan tali longline, dapat digunakan pelampung bola dari bahan plastik, pelampung diikatkan pada tali longline di setiap sudut dan setiap 25 m dalam bentangan 1 garis longline.
Gambar 5. Pelampung Bola Dari Bahan Plastik
3.7. Jangkar
Jangkar berfungsi untuk menahan keseluruhan sarana budidaya agar tetap pada tempatnya. Jangkar yang digunakan harus mampu menahan sarana budidaya dari pengaruh arus, angin, gelombang. Jangkar dapat dibuat dari besi, kurungan yang berisi pasir atau blok semen/beton.
Pemakaian jenis dan jumlah jangkar tergantung dari jumlah besarnya arus/angin, kondisi dasar perairan, kedalaman air dan besarnya sarana budidaya. Tali pengikat jangkar dapat digunakan tali polyethylene dengan diameter 3–5 cm dan panjangnya 3–4 kali dari kedalaman perairan.
Gambar 6. Jangkar Tancap Dari Bahan Besi
4. TEKNIK BUDIDAYA
4.1 Teknik Budidaya
Teknik budidaya pembesaran tiram mutiara (Pinctada maxima) sangat sederhana, tidak rumit, tidak memerlukan perlakuan khusus dan tidak menyita waktu seperti pada halnya memelihara (budidaya) ikan pada umumnya, faktor-faktor inilah yang menjadi pertimbangan kenapa memilih usaha pembesaran tiram mutiara, karena ini sangat menarik untuk dikembangkan karena kemudahannya dalam memelihara. Selain kemudahan-kemudahan tersebut ada faktor plus lain yang dimiliki, yaitu seperti faktor keamanan dan tingkat kelangsungan hidup/survival rate (SR) nya. Faktor keamanan dalam usaha budidaya ikan di laut memegang peranan penting, karena sebaik-baiknya teknis produksi dan menghasilkan banyak siput layak panen tetapi dipanen orang itu adalah konyol. Maka dari itu faktor keamanan menjadi prioritas utama.
Di dalam usaha pembesaran tiram mutiara ini faktor keamanan oleh pencurian manusia bisa dikatakan jarang terjadi. Karena tiram bukanlah barang konsumsi dan hanya pihak-pihak tertentu yang dapat membeli siput tiram ukuran 5-7 cm dan itupun perusahaan membeli dalam jumlah yang sangat banyak dan harus jelas asal muasal kerangnya dari lokasi mana, juga sangat merepotkan pencuri jika siput mutiara dicuri dalam jumlah banyak, tidak seperti mencuri butiaran mutiara dari kerang, yang bisa dibedah dan diambil butiran mutiaranya ditempat (sarana budidaya).
Untuk tingkat kelangsungan hidup/survival rate (SR) tiram mutiara bisa dikatakan berhasil (tidak rugi) jika SR nya -+ 30 % dari jumlah awal pemeliharaan bibit, dengan SR tersebut biasa digunakan sistem dan metoda budidaya cara biasa, yaitu dengan sistem pemindahan spat tiram dan penggantian pocket secara sering, menurut pengalaman dilapangan cara seperti itu mengakibatkan dampak negatif pada spat tiram mutiara banyak yang mati. Sedangkan sistem budidaya yang akan kita terapkan adalah dengan sistem berbeda dengan harapan tingkat kelangsungan hidup nya bisa mencapai minimal 60 % dari total turun spat.
Teknik budidaya yang akan kita gunakan adalah dengan menggunakan sistem bendera bertujuan agar tiram mutiara yang masih berukuran kecil diperlakukan dan disusun secara teratur. Sehingga meminimalkan kelalaian pekerja didalam penanganannya, dengan demikian akan diperoleh hasil panen dalam jumlah yang melimpah. Tehnik bendera bukanlah merupakan suatu hal yang baru, teknik tersebut sudah biasa digunakan pada usaha pembesaran tiram mutiara. Namun system bendera yang rencananya akan digunakan memiliki perbedaan bila dibandingkan dengan sistem bendera pada umumnya, didalam hal masa pemeliharaan tiram pada bendera.
Pada umumnya spat tiram yang sudah mencapai ukuran 1-2 cm akan dilepaskan dari lembaran kolektor untuk dipelihara didalam bendera selama kurang lebih 1-2 bulan saja, kemudian akan dipindahkan untuk dipelihara didalam poket net 12, kemudian setelah 2 bulan masa pemeliharaan akan dipindahkan kedalam poket net 18, setelah berukuran 6-7 cm tiram akan dipindah lagi kedalam poket net 24. Hal ini berarti akan terjadi pemotongan bisus setiap kali tiram akan dipindahkan ke media berikutnya. Dengan demikian akan terjadi beberapa kali pemotongan bisus hingga tiram mencapai ukuran 6-7 cm, dan ini sangat rentan berpengaruh negatif terhadap daya tahan tubuh spat tiram mutiara.
Berdasarkan pengalaman dalam masa pemeliharaan spat pada tahun 2011 dengan sedikitnya pemotongan bisus dapat menekan tingka mortalitas siput, oleh sebab itu pemotongan bisus diusahakan seminimal mungkin.
Untuk menjaga keutuhan jumlah spat tiram mutiara sekaligus meminimalkan pemotongan bisus, maka muncul ide untuk memasukan spat berukuran 1-2 cm kedalam bendera dan membiarkannya tumbuh hingga ukuran 5 cm, baru dipindahkan kedalam poket net. Dengan metode ini diharapkan frekuensi pemotongan bisus dapat dikurangi sekaligus spat tiram mutiara yang dipelihara akan tersusun rapi sehingga meminimalkan praktek siput mutiara terbuang/tersia-siakannya akibat kelalain pekerja (Human error).
Gambar 7. Pemeliharaan siput metoda lama, yang harus disempurnakan. Metoda ini tidak tepat, karena menyebabkan kematian akibat tidak teratur dan tumpang tindih/persaingan antara spat
Gambar 8. Penyusunan spat yang teratur didalam poket akan mencegah terjadinya saling tumpang tindih, serta meminimalkan pengaruh human error.
Metode bendera akan memposisikan spat didalam kantong secara teratur, metode ini juga memiliki peluang untuk meminimalkan jumlah pekerja selama proses pembersihan spat. Karena apabila spat telah berada didalam bendera maka tidak membutuhkan lagi penjarangan yang membutuhkan tenaga dan menyita waktu, penggantian cover net dilakukan sekali selama -+ 4 (empat) bulan. Perlakuan pada spat dalam bendera hanya cukup dengan membersihkan dengan menggunakan mesin semprot (sprayer). Kebutuhan tenaga kerja dalam jumlah banyak (5 orang) hanya pada saat memasukan dan mengeluarkan spat dari dalam bendera, dan itu hanya cukup dilakukan satu kali saja.
5. PROSEDUR KERJA
Metode pemeliharaan spat tiram mutiara dengan sistem bendera adalah sebagai berikut:
5.1 Memasang spat kolektor pada pocket net
Spat kolektor dimasukan kedalam poket net secara hati-hati, ada pun cara melakukannya adalah dengan menjepit spat kolektor dengan 2 (dua) buah poket net yang telah dipasang orchid net pada permukaannya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan melakukan penjarangan selama masa pemeliharaan tanpa mengganggu spat tiram mutiara, hal ini cukup beralasan karena setelah 1-2 minggu spat yang melekat pada kolektor, sebagian akan ada yang berpindah secara alami pada orchid net, sehingga untuk penjarangan spat cukup dilakukan dengan cara memisahkan orchid net pada poket net dari kolektornya.
Gambar 9 . Dua buah poket dan spat kolektor yang telah dipasang orchid net
Gambar 10. Pocket net dan spat kolektor dimasukan ke dalam cover net
Setelah Spat kolektor dijepit dengan menggunakan dua buah poket net kemudian dibungkus menggunakan cover net dengan mess size 0,5 mm. Setelah dibungkus dengan cover net, poket tersebut siap di pelihara di laut dengan cara digantung pada Longline.
5.2. Tehnik menggantung pocket pada tali long line
Tehnik menggantung poket net yang berisi spat kolektor dilakukan dengan cara hati-hati, ikatan tali pocket pada tali longline harus benar-benar kuat, karena bisa saja poket net tersebut akan terlepas dan terjatuh ke dasar laut. Jenis ikatan standar yang digunakan dalam mengikat poket adalah ikatan berbentuk angka delapan (symbol ikatan hidup), agar mudah dalam melepaskan pocket.
5.3. Penggantian waring (cover net)
Setelah 2 (dua) minggu cover net pembungkus pocket telah menjadi kotor oleh lumut atau lumpur maupun partikel halus lainnya yang terdapat pada air laut, sehingga harus segera diganti. Penggantian cover net harus dilakukan dengan seksama karena biasanya pada cover net kotor tersebut, juga terdapat spat yang menempel. Hal ini biasa terjadi karena selama dua minggu masa pemeliharaan kolektor tempat menempel spat selalu mengalami ayunan gelombang sehingga ada spat yang terlepas dari kolektornya kemudian menempel dan hidup pada cover net yang membungkusnya. Oleh sebab itulah kita perlu memasukan cover net kotor tersebut kedalam sebuah bak berisi air laut. Setelah diletakan kedalam bak berisi air laut, cover net tersebut dibalik agar bagian dalamnya berada diluar sehingga memudahkan kita untuk mengumpulkan spat yang terjatuh atau menempel pada bagian dalam cover net.
5.4. Mengumpulkan spat yang terjatuh pada cover net
Spat dikumpulkan dengan cara mengusap cover net menggunakan kuas ataupun spon halus sehingga spat yang melekat pada cover net dapat terlepas dan terkumpul didasar bak. Spat yang berada di dasar bak dapat diperoleh dengan cara menyaringnya menggunakan saringan halus.
5.5. Penebaran spat pada orchid net
Spat yang diperoleh dari hasil saringan tersebut kemudian ditaburkan pada poket taburan. Pada permukaan lembaran poket taburan, kita tutup lagi menggunakan poket taburan yang kedua (sehingga posisi spat dijepit di antara dua buah poket taburan). Jangan lupa untuk mengikat kedua buah poket taburan tersebut agar tidak saling bergeser satu dengan yang lain. Setelah itu dibungkus dengan menggunakan cover net berukuran 0,5 mm.
Gambar 11. Cara menaburkan spat pada orchid net
5.6. Membuat timbangan
Pada saat ini spat yang ditaburkan pada poket taburan tersebut masih belum melekat sehingga apa bila langsung digantung secara vertikal pada longline maka spat tersebut akan langsung jatuh berhamburan kedasar cover net yang membungkusnya. Untuk menghindari hal tersebut maka poket taburan harus digantung secara horizontal selama 1 minggu dengan menggunakan poket timbangan. Setelah satu minggu poket taburan dapat digantung secara vertikal seperti biasa, cover net yang membungkusnya dapat diganti dan poket taburan sudah dapat dipisahkan menjadi dua dan masing-masing dibungkus menggunakan covernet berukuran 0,5 mm.
Penggantian cover net dilakukan secara rutin setiap 2 (dua) minggu sekali. Apabila pada saat penggantian cover net ditemukan ada spat tiram mutiara yang terjatuh di dalam cover net maka akan dimasukan kedalam poket taburan. Pemeliharaan spat tiram mutiara dalam pocket net ini selama 1,5 – 2 bulan, sampai ukuran rata-rata 1,5 – 2 cm.
5.7. Pemeliharan didalam bendera
Setelah masa pemeliharaan 1-2 bulan spat tiram mutiara berukuran 1,5-2 cm maka sudah dapat dipindah/dimasukan kedalam bendera yang terbuat dari bahan waring dengan mess size 4 mm. Spat tiram mutiara ukuran 1,5 cm – 2 cm dimasukan ke dalam kantung-kantung yang terdapat di bendera, penyusunan secara teratur dan rapi agar ada keseimbangan pertumbuhan dan suplay makanan yang merata.
Setiap 2 (dua) minggu sekali bendera dibersihkan dengan mengunakan mesin semprot (sprayer). Pemeliharaan di dalam bendera ini sekitar 4 bulan yaitu sampai ukuran rata-rata 5 cm.
5.8. Pemeliharaan didalam poket net
Setelah masa pemeliharaan didalam bendera selama kurang lebih 4 (empat) bulan spat tiram mutiara sudah berukuran 5 cm dan di pindahkan kedalam poket 18 yang di bungkus menggunakan cover net berukuran 4 mm. Cover net tersebut diganti setiap 2 (dua) minggu sekali. Pemeliharaan di dalam pocket membutuhkan waktu 3-4 bulan sampai tiram mutiara berukuran 6-7 cm (siap panen). Maka total pemeliharaan selama 7-8 bulan per siklus produksi.
Gambar 12. Tiram mutiara ukuran 5-6 cm yang telah dimasukan ke dalam poket net.
5.9. Pemanenan
Setelah total keseluruhan masa pemeliharaan mencapai umur 7-8 bulan maka bibit tiram mutiara telah mencapai ukuran 6-7 cm siap untuk dipanen. Cara pemanenan dengan cara melepaskan tali ikatan pocket net dari tali longline, kemudian pocket net dibuka dan tiram mutiara diambil satu per satu dan dikumpulkan dalam wadah yang telah disiapkan.
Gambar 13. Panen tiram mutiara ukuran 7-8 cm
6. ANALISIS USAHA
Kegiatan budidaya tiram mutiara yang akan dilakukan adalah terfokus untuk kegiatan pendederan dimana target produksinya adalah menghasilkan siput/tiram ukuran 6-8 cm untuk setiap siklus produksi. Sebelum memulai suatu kegiatan usaha, maka harus melakukan analisis berdasarkan pengalaman teknis pada saat bekerja dan studi banding dengan beberapa literatur yang ada, sehingga rencana usaha dan target yang ditetapkan tentunya sangat komperensif dan real sesuai dengan kondisi lapangan saat ini. Adapun asumsi dan persyaratan dalam analisis usaha ini, adalah sebagai berikut :
- Dalam satu siklus membutuhkan waktu 7-8 bulan.
- Longline yang digunakan sebanyak 5 unit, dengan pangjang masing-masing 50 m, dapat digantung sebanyak 25 titik/gantung pocket per 1 garis longline (50 m)
- Penebaran spat kolektor sebanyak 75.000 spat yang tersebar pada 250 kolektor dengan ukuran spat 2-4 mm, kepadatan rata-rata 300 spat/kolektor. Ukuran spat kolektor 60 x 40 cm, dengan harga kolektor Rp.125.000,-/kolektor.
- Jumlah kolektor yang turun laut sebanyak 250 kolektor (substrat penempelan spat ukuran 60x40 cm)
- Asumsi rata-rata pertumbuhan spat : panjang 0,8 cm/bulan
- Tingkat kelangsungan hidup (SR) 35 %
- Pemanenan dilakukan ketika waktu pemeliharaan sudah mencapai 7-8 bulan (1 siklus) dengan rata-rata panjang lsiput 6-7 cm/ekor, dan jumlah total panen sebanyak 26.250 siput. Sedangkan harga jual siput ukuran 5-7 cm adalah Rp.2.000,-/cm.
- Asumsi-asumsi teknis diatas diambil dengan tingkat yang paling rendah, maka di dalam pelaksanaan kegiatan usaha budidaya, nilai produksi bisa jadi akan lebih tinggi dari asumsi diatas.
- Kelayakan usaha diperhitungkan berdasarkan Analisa laba rugi, B/C ratio, Break Even Point (BEP), dan Pay Back Periode (PBP).
Didalam kegiatan usaha pendederan tiram dibutuhkan kajian atau analisis usaha. Analisa usaha merupakan perhitungan keuangan untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan suatu usaha. Pada analisa usaha pendederan tiram mutiara dimulai dengan menghitung biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha dan keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut. Adapun biaya-biaya yang dihitung adalah :
5.1. Biaya Investasi dan Penyusutan
Investasi awal merupakan modal yang harus disediakan sebelum melakukan kegiatan produksi atau usaha yaitu pada tahun ke-0 (tahun pendirian usaha). Unsur-unsur yang termasuk dalam biaya investasi yaitu peralatan berhubungan dengan produksi dan harus disediakan sebelum proses produksi dimulai. Biaya investasi yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha pendederan tiram mutiara adalah Rp.127.750.000,- dan biaya penyusutannya adalah Rp.17.160.000,-/siklus. Untuk lebih jelas rinciannya dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2 berikut :
Perhitungan biaya Investasi :
No. |
Uraian |
Rincian |
Jumlah |
||
Volume |
Satuan |
Harga (Rp) |
|||
1 |
Rumah apung/ rumah kerja/ rumah jaga, ukuran 4 m x 8 |
1 |
Unit |
15,000,000 |
15,000,000 |
2 |
Perahu + motor tempel |
1 |
unit |
10,000,000 |
10,000,000 |
3 |
Mesin semprot/ sprayer, 5 PK |
1 |
Unit |
7,000,000 |
7,000,000 |
4 |
Waring putih, mess size 0,5 mm |
100 |
Lembar |
7,000 |
700,000 |
5 |
Waring hitam, mess size 4 mm |
1,400 |
Lembar |
7,000 |
9,800,000 |
6 |
Poket net, A 18 |
300 |
Buah |
30,000 |
9.000.000 |
7 |
Long line, 25 tali gantungan |
5 |
Unit |
7,000,000 |
35.000.000 |
8 |
Spat colector, kepadatan 300 spat |
250 |
lembar |
125,000 |
31.250.000 |
9 |
Biaya lain-lain (BBM dan barang habis pakai lainnya) |
1 |
Paket |
5,000,000 |
10,000,000 |
|
TOTAL |
|
|
|
127.750.000,- |
Perhitungan biaya penyusutan :
NO. |
URAIAN |
NILAI EKONOMI |
UMUR |
PENYUSUTAN |
PENYUSUTAN PER SIKLUS |
1 |
Rumah apung dari kayu |
15,000,000 |
5 tahun |
250.000,- |
3.000.000,- |
2 |
Perahu + motor |
10,000,000 |
5 tahun |
166.000,- |
2.000.000,- |
3 |
Mesin semprot / sprayer |
7,000,000 |
6 tahun |
116.000,- |
1.400.000,- |
4 |
Waring putih |
700,000 |
5 tahun |
291.000,- |
3.500.000,- |
5 |
Waring hitam |
9,800,000 |
5 tahun |
163.000,- |
1.960.000,- |
6 |
Poket net, A 18 |
9,000,000 |
5 tahun |
150.000,- |
1.800.000,- |
7 |
Long line |
35,000,000 |
10 tahun |
291.000,- |
3.500.000,- |
|
TOTAL |
|
1.430.000,- |
17.160.000,- |
5.2. Biaya Operasional
Biaya operasional dibagi menjadi dua macam yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha pendederan tiram tiap siklusnya adalah sebesar Rp.32.160.000,- dan biaya tidak tetapnya adalah Rp.46.500.000,- Untuk perinciannya dapat dilihat tabel 3 dan 4 dibawah ini :
Biaya tetap :
No |
Uraian |
Jumlah (Unit) |
Harga satuan (Rp) |
Biaya/siklus (Rp) |
1 |
Biaya Penyusutan |
- |
- |
17.160.000,- |
2 |
Biaya Pemeliharaan |
- |
- |
10.000.000,- |
3 |
Biaya Lain-lain |
- |
- |
5.000.000,- |
Jumlah
|
32.160.000,- |
Biaya tidak tetap (Variable Cost) :
No |
Uraian |
Jumlah (Unit) |
Harga satuan (Rp) |
Biaya/siklus (Rp) |
1 |
Spat kolektor kepadatan 300 spat |
250 |
125.000 |
31.250.000,- |
2 |
Biaya lain-lain (BBM & barang habis pakai) |
- |
- |
15.250.000 |
Jumlah
|
46.500.000,- |
Dari penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap seperti tabel di atas, maka biaya total operasional per siklus dapat dilihat pada perhitungan berikut ini :
Biaya Operasional = Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap
= Rp.32.160.000,- + Rp.46.500.000,-
= Rp.78.660.000,-
5.3. Analisa Laba Rugi
Hasil produksi menghasilkan siput sebanyak 26.250 ekor/siklus. Perhitungan penjualannya adalah :
- Siput ukuran 5 cm x Rp.2.000/cm x 5000 ekor = Rp.50.000.000,-
- Siput ukuran 6 cm x Rp.2.000/cm x 6.250 ekor = Rp.75.000.000,-
- Siput ukuran 7 cm x Rp.2.000/cm x 15.000 ekor = Rp.210.000.000,-
Total Produksi (Rupiah) = Rp.335.000.000,-
Jadi pendapatan yang diperoleh dalam 1 siklus sebesar Rp.335.000.000,-
Analisa laba rugi = Pendapatan – Biaya Total Operasional
= Rp.335.000.000,- Rp.78.660.000,-
= Rp.256.340.000,-
Jadi, usaha pendederan tiram mutiara mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp.256.340.000,-/siklus (8 bulan)
5.4. Benefit Cost Ratio (B/C ratio)
Analisis B/C ratio dapat digunakan untuk menilai layak tidaknya suatu usaha untuk dijalankan. Bila nilai B/C yang diperoleh sama dengan 1 (satu), berarti titik impas (cash in flows sama dengan cash out flows), sehingga perlu pembenahan. Jika nilai B/C ratio lebih besar dari 1 (satu) berarti gagasan usaha/proyek tersebut layak untuk dikerjakan dan jika lebih kecil dari 1 (satu) berarti tidak layak untuk dikerjakan.
Rumus B/C ratio :
B/C ratio = Total Pendapatan : Total Biaya Operasional
B/C ratio = Rp.335.000.000,- : Rp.78.660.000,-
= .4.25 (feasible)
Dari perhitungan B/C ratio dapat diketahui bahwa nilai B/C ratio pada usaha pendederan tiram mutiara tersebut menguntungkan atau feasible (go) untuk dijalankan yaitu pada angka 4.25 (lebih dari angka 1 titik impas), artinya setiap biaya yang dikeluarkan Rp. 1,- akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp.4,25,-. Bila B/C ratio < 1 maka usaha tidak layak untuk dijalankan, dan bila B/C ratio > 1 usaha tersebut menguntungkan sehingga usaha layak dan dapat dilanjutkan.
5.1. Break Even Point (BEP)
Perhitungan BEP digunakan untuk menentukan batas minimum volume produksi dan minimum harga penjualan pasar dimana pada titik tersebut proyek tidak untung dan tidak rugi (total revenue = total cost). Selama proyek/perusahaan masih berada di bawah titik BEP, selama itu juga perusahaan tersebut masih mengalami kerugian. Untuk menghitung BEP dapat digunakan rumus dibawah ini :
Break Even Point (Produksi)
BEP Produksi = Total Biaya Operasional : Harga Penjualan
Break Even Point produksi : = Rp.78.660.000 : Rp.12.000 (harga rata-rata per siput)
= 6.555 ekor/siklus
Break Even Point (Harga)
BEP harga = Total Biaya Operasional : Total Produksi
Break Even Point harga: = Rp.78.660.000 : 26.250 ekor
= Rp,2.996,/ekor
Maka, usaha pendederan tiram mutiara ini akan mengalami tiitk impas (BEP) pada saat produksi menghasilkan 6.555 ekor/siklus dan harga jual pasar Rp,2.996,/ekor.
5.6. Analisa Pay Back Period (PBP)
Analisa Pay Back Period adalah waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengembalikan investasi. Suatu indikator yang dinyatakan dalam ukuran waktu yaitu berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi yang dikeluarkan. Semakin cepat dalam pengembalian biaya investasi sebuah proyek, semakin baik proyek tersebut karena semakin lancar dalam perputaran modal. Analisa tersebut dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
PBP = Biaya Investasi : (Keuntungan + Penyusutan) x 1 Tahun
PBP = Rp.127.750.000 : (Rp.256.340.000 + 17.160.000) x 1 Tahun
PBP = 0,53 tahun (6 bulan, 36 hari), artinya modal investasi akan kembali dalam 6 bulan 36 hari.
7. KENDALA DAN SOLUSI
Dalam suatu usaha akan selalu ada faktor kendala, itu merupakan suatu hal yang wajar, apalagi usaha yang akan dijalankan ini berhubungan dengan alam bebas (laut). Namun pada hakekatnya kendala-kendala tersebut pasti selalu ada solusi dan upaya pemecahan masalahnya, tergantung cara menghadapi dan mensiasati permsalahan tersebut. Dalam memutuskan memilih suatu bidang dan segmen usaha, hal yang paling menjadi prioritas adalah memilih suatu usaha yang mempunyai tingkat kegagalan/resiko paling kecil dengan peluang keberhasilan yang paling besar baik dari segi pengeluaran modal usaha seminim mungkin untuk menghasilkan manfaat (benefit) yang sebesar-besarnya. Usaha pendederan tiram mutiara merupakan salah satu dari sekian banyak komoditas budidaya perikanan yang mempunyai keunggulan kompetitif, yaitu diantaranya modal investasi dan operasional yang relatif kecil tetapi dapat menghasilkan manfaat yang besar serta teknik budidaya yang mudah, tidak membutuhkan banyak tenaga dan waktu.
Berikut dibawah akan dirincikan beberapa kendala/resiko kegagalan dalam menjalankan usaha pendederan tiram mutiara, dan juga akan dijelaskan solusi pemecahan permasalahannya menurut pengalaman di lapangan.
7.1. Kematian Siput
7.1.1. Kematian siput karena kondisi awal benih kurang baik
Kematian siput bisa disebabkan kualitas spat (benih siput) tidak baik, maka sebagai upaya pencegahan kematian tersebut benih siput mutiara (spat) yang akan dipelihara harus berasal dari hatchery yang terpercaya, biasanya hatchery yang baik menjual spat dalam keadaan sehat dan yang pertumbuhannya bagus. Karena walaupun keadaan spat hidup tapi pertumbuhannya kurang berkembang, biasanya hatchery yang baik tidak menjualnya tapi mem-fleshing (membuang awal), karena menyangkut reputasi perusahaan hatchery tersebut.
7.1.2. Kematian siput karena metoda pemeliharaan dan faktor human eror
Kematian siput dalam jumlah banyak itu terjadi ketika siput umur 3-4 bulan berukuran 3 cm, berdasarkan pengalaman di lapangan, kematian tersebut diduga karena siput terlalu sering dipindahkan ke media pemeliharaan (pocket) sehingga pemotongan bysus akan sering terjadi. Pemotongan bysus yang terlalu sering dapat mengakibatkan pengaruh negatif, banyak siput yang mati dan kondisi tubuhnya menjadi lemah, selain itu pula dalam praktek pemindahan siput yang teralalu sering, berpeluang terjadinya human eror, kelalaian para teknisi (pekerja) tanpa disadari banyak siput yang terlepas dan terbuang begitu saja ketika proses pemindahan siput tersebut.
Maka untuk langkah penyempurnaan yang lebih baik, metoda yang akan digunakan sedikit berbeda dengan yang biasanya, metoda yang akan digunakan dengan menggunakan media pemeliharaan ‘bendera’, dengan metoda tersebut cukup 2 kali pemindahan siput selama 1 siklus produksi (8 bulan), yaitu ketika siput berumur 2 bulan ukuran 2-3 cm dipindahkan ke media ‘bendera’ dan ketika siput berumur 6 bulan ukuran 4-6 cm dipindahkan ke pocket. Dengan metoda tersebut diharapkan tingkat kematian siput bisa ditekan.
7.2. Faktor Alam (Gelombang besar)
Dalam pemilihan lokasi budidaya hal yang paling penting adalah keterlindungan lokasi dari arus kuat lautan. Lokasi akan digunakan yaitu agak menjorok ke daratan, berada di teluk, atau yang terhapit diantara 2 gugusan sehingga arus/ombak yang berasal dari lautan lepas tidak langsung kontak dengan sarana budidaya. Di Pulau Lombok sendiri musim gelombang besar terjadi pada bulan Desember s/d Februari. Karena lokasi yang akan digunakan aman dari musim gelombang besar maka kendala musim gelonbang besar tidak
Menjadi ancaman yang berarti. Walaupun lokasi yang digunakan rawan terhadap musim gelombang besar, maka cara mensiasatinya dengan menurunkan spat tiram mutiara pada waktu musim gelombang selesai, maka tidak akan kontak dengan musim gelombang besar, karena durasi per siklus pendederan tiram mutiara membutuhkan waktu 7-8 bulan. Sedangkan musim gelombang di Pulau Lombok berdurasi 2-3 bulan setiap tahunnya.
7.3. Faktor Keamanan
Faktor keamanan sangat penting dalam pemilihan lokasi pendederan tiram mutiara. Lokasi harus dilakukan survey dan pengalaman sebelumnya apakah lokasi tersebut termasuk lingkungan aman atau tidak.
Untuk kegiatan pendederan tiram mutiara, faktor keamanan oleh pencurian manusia bisa dikatakan jarang terjadi. Karena tiram bukanlah barang konsumsi dan hanya orang-orang tertentu yang dapat membeli siput tiram ukuran 5-7 cm. Kemudian untuk menjual tiram mutiara (non mutiara) sangat sulit, karena perusahaan-perusahaan mutiara tidak akan membeli jika asal usul nya tidak jelas, berbeda dengan jenis ikan yang bisa beredar pasar bebas dan orang umum mudah untuk membelinya.
Tetapi untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan maka di anggap perlu untuk diadakan pengawasan secara intens ketika umur panen tiram mutiara sudah mendekat.
8. KESIMPULAN
Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
- Kegiatan budidaya tiram mutiara yang akan dilakukan adalah terfokus untuk kegiatan pendederan dimana target produksinya adalah menghasilkan siput/tiram ukuran 6-8 cm untuk setiap siklus produksi, durasi per siklus produksi membutuhkan waktu 7-8 bulan.
- Segmen usaha pendederan tiram mutiara menjadi pilihan karena proses pemeliharaam yang sederhana, mudah, dan tidak banyak mengandung resiko, sehingga dapat dengan mudah dilakukan oleh masyarakt sekitar. Tujuan sosial dari kegiatan usaha ini adalah untuk pemberdayaan masyarakat sekitar yang notabene lokasinya berdekatan dengan lokasi laut yang sangat berpotensi dan harus dikembangkan dalam rangka pengentasan kemiskinan (pro poor), menyerap tenaga kerja (pro job), dan membuka kesempatan pertumbuhan ekonomi masyarakat (pro growth).
- Sarana budidaya untuk pemeliharaan tiram mutiara adalah longline yang digunakan sebanyak 5 unit, dengan pangjang masing-masing 50 m, dapat digantung sebanyak 25 titik/gantung pocket per 1 garis longline (50 m)
- Metoda yang akan digunakan dalam pendederan tiram mutiara ini dengan metoda pemeliharaan sistem “bendera”, diharapkan dengan metoda bendera ini dapat menekan tingkat kematian benih tiram mutiara dan produksi menjadi tinggi. Selain dapat menekan tingkat kematian tiram, sistem bendera ini dapat mengurangi tenaga, waktu, dan perlakuan dalam proses pemeliharaannya.
- Penebaran spat kolektor sebanyak 75.000 spat yang tersebar pada 250 kolektor dengan ukuran spat 2-4 mm, kepadatan rata-rata 300 spat/kolektor. Ukuran spat kolektor 60 x 40 cm, dengan harga kolektor Rp.125.000,-/kolektor. Jumlah kolektor yang turun laut sebanyak 250 kolektor. dan target produksi sebanyak 26.250 siput, dengan harga jual siput ukuran 5-7 cm adalah Rp.2.000,-/cm
- Asumsi rata-rata pertumbuhan spat : panjang 0,8 cm/bulan, dengan tingkat kelangsungan hidup (SR) 35 %.
- Dari hasil analisis finansial diperoleh nilai keuntungan bersih Rp. 256.340.000,- per siklusnya (8 bulan), B/C ratio 4,25 (lebih besar daripada nol), titik impas (BEP) harga, di angka Rp. 2.996,/ekor, titik impas (BEP) produksi, di angka 6.555 ekor/siklus, serta Payback Periode (PBP) di angka 0,53 tahun. Dari data analisis finansial di atas dapat disimpulkan bahwa usaha pendederan spat tiram mutiara (P. maxima) dapat dikatakan layak (feasible) untuk dilaksanakan.
Demikianlah tulisan proposal ini kami uraikan, tulisan proposal ini merupakan hasil dari pengalaman kerja langsung penulis dilapangan di daerah Sekotong, Lombok Barat, hasil dari lapangan tersebut kami kaji dan kami tulis dalam bentuk uraian proposal ini, semoga uraian proposl ini bermanfaat dan semoga memberikan masukan/tinjauan bagi anda yang ingin memulai usaha pembesaran Tiram Mutiara (Pinctada maxima)
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan PROPOSAL ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bermanfaat.
Lokasi Yang Berpotensi Dan Yang Memenuhi Persyaratan Uraian Proposal Ini Adalah :
1. Perairan Pulau Bungin, Kec. Alas Barat, Kab. Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat
2. Perairan Pulau Medang, Kec. Sekotong Barat, Kab. Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat
Lombok Barat, 30 Oktober 2012
Penulis,
Joko Bagus Teguh Prabowo, S.St.Pi
Baca juga
Perbedaan Emas Kuning,Emas Putih,serta campuran Kadar Emas
MUTIARA LAUT HITAM {BLACK TAHITIAN PEARL}
South Sea Pearl Butuh Perhatian
Lombok Sumbawa Inafact 2012
Pemerintah mengklaim Mutiara Laut Selatan (South Sea Pearl)